-Katanya kita sudah memiliki rumah, tapi rumah seperti apa akupun masih meraba-Shosanna Zabof
Damar itu Disulut dan Menyala-Nyala (dan tak boleh padam)

Adalah tidak mudah mengelola sebuah intstitusi keilmuan di sebuah
organisasi dengan orientasi politik yang kuat dan budaya keilmuan yang
lemah.Tantangannya terlalu besar, baik dari segi sumber daya, stakeholder dan
peluang pasarnya. Tetapi meniliki urgensinya, hal itu harus dilakukan. Argumen
dasarnya adalah Gerakan Mahasiswa atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia,
semuanya mengandaikan status dan mengandung kata mahasiswa sebagai bagian yang
tidak terpisahkan. Mahasiswa, pada alasan yang paling dasar, adalah seorang
intelektual. Ia berjalan, bergerak atas dasar ilmu pengetahuan yang ia konsumsi,
ia perdebatkan dalam sebuah institusi akademik bernama universitas. Itu alasan
dasarnya.
Alasan lain yang berada dalam satu sisi mata uang yang sama adalah
keterjebakan. Keterjebakan dalam politik praktis. Politik yang selalu dimaknai
sebagai will to power itulah yang coba kita ubah. Jika will to power artinya
pragmatisme. Semua institusi gerakan mahasiswa seringkali dijebak untuk to
power, untuk berkuasa. Padahal sebelum will to power, harus ada
gagasan, ide dan platform perjuangan yang jelas. Jika tanpa didahului itu
artinya : keterjebakan pragmatis. Tentu dua alasan itu berkoinsidensi juga
dengan semangat ke Islaman dan ke Indonesia an yang hendak terus di jaga,
dikritik, diuji coba dan dibangun kembali.

Catatan ini ingin merangkum point-point pengalaman tradisi ke
depannya. Urutannya tidak beruntun, akan tetapi satu point dengan yang lainnya
saling berkelindan satu sama lain.
1. Tradisi tidak lahir dari sebuah kesiapan yang sempurna. Pada
periode PU sebelumnya, Fikri Fawaid, para awak ingin diadakan berbagai
pelatihan terlebih dahulu menimbang kapasitas awak dan pada tahun tersebut
tidak berhasil terbit. Oleh karena itu, di periodeku kami ditantang untuk terbit
terlebih dahulu, baru nanti akan diadakan training-training. Yang ingin saya katakan,
tradisi lahir dari sebuah harapan besar tidak dengan kesiapan yang optimal.
Proses belajar terus-menerus adalah kuncinya.
2. Pembangunan institusi atau institutional building selalu
dilakukan mulai dari pendiriannya sampai sekarang. Tentu menyesuaikan tantangan
internal dan problem yang dihadapi organisasi. Pada tahun pertama, butuh waktu
satu tahun lebih untuk menerbitkan Jurnal Tradisi, di tahun setelahnya (dengan
proses transisi yang berat) butuh waktu setengah tahun. Empat pelatihan yang
direncanakan di awal mulai dari pelatihan Filsafat Ilmu, kelas Riset, kelas
Metodologi Penelitian dan Editing baru bisa dilaksanakan pada tahun kedua. SOP
dan perangkat manajemen lainnya juga telah ada meski harus terus diperbaiki.
3. Sistem Finansial, sistem finansial tradisi memang belum sesuai dengan
harapan yang direncanakan karena belum terpenuhinya harapan periode terbit.
Tradisi merencanakan memiliki aset 20 juta pertahun dengan 4 kali terbitan. Tapi dilihat dari
progresnya, perkembangannya cukup signifikan. Finansial tradisi diproyeksikan
sampai maret tercapai 40 persen. Alhamdulillah.
4. Mengelola sebuah penerbitan ilmiah di tengah institusi dengan budaya dan sikap ilmiah yang lemah
butuh perjuangan tersendiri. Effortnya lebih dibandingkan pengelola yang
lain.
5. Jaringan Tradisi sudah mulai terbentuk baik jaringan partner
maupun jaringan pasar. Hal itu harus terus menerus di kelola. Harga sebuah
jaringan adalah harga kesuksesan Tradisi dimasa mendatang. Ke depan saya
memiliki saran, hubungan dengan para pengusaha atau pemilik usaha harus di
kelola lebih maksimal.
6. Sumber daya manusia adalah segalanya di tradisi. Pengembangan
kapasitas dan skill harus terus dilakukan.
Lalu apa yang harus dikerjakan di Tradisi?
1. Tradisi harus bertransformasi menjadi digital pada masa
mendatang. Harapannya di edisi ke 6, Tradisi sudah bisa mengelola jurnal dalam
bentuk digital demi akses pengetahuan/demokratiasi ilmu. Syaratnya
adalah sumber-daya manusia yang harus segera disiapkan-terus-menerus.
2. Pengembangan yang selalu ditujukan pada Research &
Development harus digalakkan tanpa lelah.
3. Sistem kaderisasi yang kuat harus dimiliki tradsi, sehingga pola
transformasinya bisa berjalan secara berkesinambungan (sustainability).
Sampai saat ini (dalam dua tahun tradisi) error & trial terus
menerus dilakukakn. Ke depannya, pola kaderisasi harus dibangun berjenjang dan
memperkuat basis kultural tradisi menjadi penting.
4. Sikap Ilmiah (diskusi, berdebat, problem solving dan
bermusyawarah) adalah citra diri seorang awak tradisi. Oleh karenanya, sikap
ilmiah tak boleh redup dan mati.
5. Tradisi dibangun dan berkembang atas dasar citra diri PMII, yang
merupakan koinsidensi antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Tetapi, citra itu
masih belum terasa dalam dua edisi ini. Tradisi selama ini masing ‘mengekor’
atau lebih halusnya ‘mencari bentuk’ dengan jurnal-jurnal yang sudah mapan
seperti Balairung, Wacana, Prisma dll. Tradisi harus mampu menampilkan citra ke
Indonesiaan dan ke Islaman. Saran konkrit : Harus ada rubrik ke-Islaman di
Tradisi!
Mungkin saya memiliki banyak sekali kekurangan –pola komunikasi
interpersonal yang payah,fokus yang terpecah,kurang bisa mengayomi, tapi inilah
usaha dan kerja-kerja terbaik yang bisa saya lakukan. Hanya balasan dari Alloh
yang saya harap.
Mungkin itu saja. Jaya Tradisi, Jaya PMII, Jaya Islam dan
Indonesia!
-SNT-
Behind the Scene
Dibalik nama (yang mungkin 'besar') yang sedang dibangun Tradisi tentu banyak onak
dan duri. Ada duka dan suka. Ada kopi bermalam-malam yang harus dituntaskan,
ada konflik, harapan, cita dan cinta. Tetapi semuanya berhasil dilalui sampai
saat ini. Tanpa bermaksud ‘sambat’ memang 'hal-hal seperti itu' lah yang harus dilalui. Saya mempunyai prinsip, we follow the vision, not a path : Kita
mengikuti sebuah visi yang jelas, bukan bagian kecil dari jalan entah berantah. Nashrun minalloh, wa Fathun Qoriib.
Title : Damar itu Disulut dan Menyala-nyala
Description : -Katanya kita sudah memiliki rumah, tapi rumah seperti apa akupun masih meraba-Shosanna Zabof Damar itu Disulut dan Menyala-Nyala (...
Description : -Katanya kita sudah memiliki rumah, tapi rumah seperti apa akupun masih meraba-Shosanna Zabof Damar itu Disulut dan Menyala-Nyala (...
0 Response to "Damar itu Disulut dan Menyala-nyala"
Posting Komentar